Oleh Angga Trio Sanjaya, Dosen Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Budaya dan Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan
FENOMENA pemecatan vokalis Sukatani, Novi Citra Indriyati, dari pekerjaannya sebagai guru SD IT Mutiara Hati di Banjarnegara menjadi peristiwa yang memancing refleksi mendalam.
Jika ditarik dalam ruang relasional antara tatanan sosial dominan dan subyektivasi politik, pemecatan tersebut seolah memosisikan Novi sebagai sosok yang mengalami partisi.
Ini karena identitasnya sebagai bagian band beraliran punk dianggap tidak etis.
Berdasarkan catatan salah satu media daring, alasan pemecatan dilakukan tanpa memberikan kesempatan untuk menyampaikan keterangan.
Jika ditilik, dalam Surat Keputusan Pemecatan tersebut, menurut Novi tidak dijelaskan mengenai keikutsertaannya dalam band punk merupakan pelanggaran berat.
Kondisi demikian seolah menjadikan Novi dieksklusi dan dicap layaknya ‘the wrong’.
Dalam perspektif Jacques Rancière, seorang pemikir dari Prancis kelahiran Aljazair, ‘the wrong’ atau demos diidentifikasi sebagai orang-orang yang dalam tatanan sosial.
Dianggap tidak memiliki bagian, tidak diperhitungkan.
Dalam konteks tersebut, identitas diri Novi sebagai vokalis band punk dianggap tidak memiliki kualifikasi yang cukup untuk dimasukan sebagai seorang pendidik.
Dengan demikian, peristiwa yang dijabarkan telah memasuki ruang politik subjektivitas yang diametral terhadap tatanan sosial politik dominan (police).
Dengan suara dan perlawanan yang dilakukan Novi untuk mempertanyakan keputusan tersebut, menunjukkan bahwa subjek demos yang sempat tidak dihitung dalam distribusi kekuasaan telah muncul dan menjadi penggerak disensus.
Suatu upaya untuk menggugat kesetaraan geometris, yaitu kontruksi police yang memahami bahwa setiap tatanan sosial terbagi-bagi dan hirarkis.
Dampaknya, secara alamiah masing-masing orang dianggap memang tidak setara sehingga adil jika pembagian yang diperoleh juga tidak setara.
Beranjak dari realitas tersebut, pertanyaan mendasar yang perlu diajukan adalah, apakah pemecatan ini merupakan upaya untuk menjaga ketertiban (police order)?