Date: 23/03/2025
Caption: Rekor Cuaca Ekstrem 2024 di Singapura : Pola Curah Hujan Tak Biasa hingga Kekeringan Terpanjang Sejak 2019
Article:
SINGAPURA, suaramerdeka.com - Tahun 2024 mencatat sejarah sebagai salah satu tahun terpanas di Singapura dengan suhu rata-rata tahunan mencapai 28,4°C.

Selain itu, pola curah hujan yang tidak biasa menjadi perhatian, dari kekeringan terpanjang sejak 2019 hingga hujan deras yang memecahkan rekor di bulan November.

Singapura mengalami suhu yang lebih panas dari biasanya pada tahun 2024, terutama dipengaruhi oleh fenomena El Nino yang berlangsung dari pertengahan 2023 hingga April 2024.

Dikutip dari The Straits Times, bulan Juli dan Desember menjadi bulan terpanas dalam sejarah, dengan suhu tertinggi mencapai 36,2°C di Paya Lebar pada 7 Desember.


Baca Juga: Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi Dorong Festival Kuliner UMKM di 35 Kabupaten/Kota, Ajak Zilenial

Bahkan malam hari pun semakin hangat, dengan suhu minimum yang tidak turun di bawah 28°C di sebagian besar wilayah.





Fenomena ini menambah daftar panjang hari-hari dengan panas berbahaya yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim.

Pada pertengahan tahun, tepatnya 13-30 Juli, Singapura mengalami kekeringan selama 18 hari berturut-turut akibat pengaruh tiga siklon tropis di Laut Cina Selatan, termasuk Topan Gaemi.

Kejadian ini menjadi periode kering terpanjang sejak 2019.

Namun, November justru menjadi bulan terbasah dalam lebih dari 40 tahun terakhir, dengan curah hujan rata-rata mencapai 419 mm.

Baca Juga: Jerman vs Italia Live Senin Pagi, Tayang di TV Mana? Ini Tempat Menonton Perempat Final UEFA Nation League 2025

Fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) diyakini berkontribusi terhadap curah hujan ekstrem ini, menyebabkan banjir kilat di beberapa daerah seperti Yishun dan Potong Pasir.

Meskipun lonjakan suhu dapat dikaitkan dengan pemanasan global, pola curah hujan yang tidak biasa di tahun 2024 belum bisa secara langsung dikaitkan dengan perubahan iklim.

Menurut Layanan Meteorologi Singapura (MSS), pola hujan di negara ini sangat dipengaruhi oleh siklus iklim global seperti El Nino dan La Nina.

Baca Juga: Pererat Silaturahmi dan Tumbuhkan Semangat Perdamaian, RCS Bimasena Buka Bersama di Ponpes Roudhotus Sholihin


Keywords: dbksuaramerdeka internasional rekor cuaca ekstrem
Article Link: https://www.suaramerdeka.com/internasional/0414823972/rekor-cuaca-ekstrem-2024-di-singapura-pola-curah-hujan-tak-biasa-hingga-kekeringan-terpanjang-sejak-2019

-------------ORIGINAL HTML:------------------
Rekor Cuaca Ekstrem 2024 di Singapura : Pola Curah Hujan Tak Biasa hingga Kekeringan Terpanjang Sejak 2019 - Suara Merdeka

Rekor Cuaca Ekstrem 2024 di Singapura : Pola Curah Hujan Tak Biasa hingga Kekeringan Terpanjang Sejak 2019

- Minggu, 23 Maret 2025 | 15:15 WIB
Tahun 2024 mencatat sejarah sebagai salah satu tahun terpanas di Singapura dengan suhu rata-rata tahunan mencapai 28,4°C. (Graham Hobster dari Pixabay)
Tahun 2024 mencatat sejarah sebagai salah satu tahun terpanas di Singapura dengan suhu rata-rata tahunan mencapai 28,4°C. (Graham Hobster dari Pixabay)

SINGAPURA, suaramerdeka.com - Tahun 2024 mencatat sejarah sebagai salah satu tahun terpanas di Singapura dengan suhu rata-rata tahunan mencapai 28,4°C.

Selain itu, pola curah hujan yang tidak biasa menjadi perhatian, dari kekeringan terpanjang sejak 2019 hingga hujan deras yang memecahkan rekor di bulan November.

Singapura mengalami suhu yang lebih panas dari biasanya pada tahun 2024, terutama dipengaruhi oleh fenomena El Nino yang berlangsung dari pertengahan 2023 hingga April 2024.

Dikutip dari The Straits Times, bulan Juli dan Desember menjadi bulan terpanas dalam sejarah, dengan suhu tertinggi mencapai 36,2°C di Paya Lebar pada 7 Desember.

Baca Juga: Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi Dorong Festival Kuliner UMKM di 35 Kabupaten/Kota, Ajak Zilenial

Bahkan malam hari pun semakin hangat, dengan suhu minimum yang tidak turun di bawah 28°C di sebagian besar wilayah.

Fenomena ini menambah daftar panjang hari-hari dengan panas berbahaya yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim.

Pada pertengahan tahun, tepatnya 13-30 Juli, Singapura mengalami kekeringan selama 18 hari berturut-turut akibat pengaruh tiga siklon tropis di Laut Cina Selatan, termasuk Topan Gaemi.

Kejadian ini menjadi periode kering terpanjang sejak 2019.

Namun, November justru menjadi bulan terbasah dalam lebih dari 40 tahun terakhir, dengan curah hujan rata-rata mencapai 419 mm.

Baca Juga: Jerman vs Italia Live Senin Pagi, Tayang di TV Mana? Ini Tempat Menonton Perempat Final UEFA Nation League 2025

Fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) diyakini berkontribusi terhadap curah hujan ekstrem ini, menyebabkan banjir kilat di beberapa daerah seperti Yishun dan Potong Pasir.

Meskipun lonjakan suhu dapat dikaitkan dengan pemanasan global, pola curah hujan yang tidak biasa di tahun 2024 belum bisa secara langsung dikaitkan dengan perubahan iklim.

Menurut Layanan Meteorologi Singapura (MSS), pola hujan di negara ini sangat dipengaruhi oleh siklus iklim global seperti El Nino dan La Nina.

Baca Juga: Pererat Silaturahmi dan Tumbuhkan Semangat Perdamaian, RCS Bimasena Buka Bersama di Ponpes Roudhotus Sholihin

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Modesta Fiska

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X
</body> </html>