JAKARTA, suaramerdeka.com – Tuberkulosis (TB) masih menjadi ancaman kesehatan global, termasuk di Indonesia yang menempati peringkat kedua dengan jumlah kasus terbanyak di dunia.
Berdasarkan laporan Global Tuberculosis Report 2024 dari WHO, tahun 2023 tercatat 10,8 juta kasus TB baru secara global, dengan 1,25 juta kematian.
Dari jumlah tersebut, Indonesia menyumbang lebih dari 1 juta kasus dengan 130.000 kematian.
TB bukanlah penyakit baru.
Sejak ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882, berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasinya, termasuk vaksinasi BCG yang telah digunakan selama lebih dari satu abad.
Namun, vaksin ini terbukti hanya efektif melindungi anak-anak dari bentuk TB berat, bukan remaja dan dewasa yang merupakan kelompok usia dengan tingkat penularan tertinggi.
Peneliti Nasional Vaksin TB, Prof. Dr. Dr. Erlina Burhan, Sp.P(K), menegaskan perlunya vaksin baru yang lebih efektif untuk mencapai target eliminasi TB di Indonesia pada 2050.
“TB masih menjadi masalah besar karena vaksin BCG tidak cukup efektif mencegah TB paru pada remaja dan dewasa. Oleh karena itu, kita memerlukan vaksin yang mampu memberikan perlindungan yang lebih luas," ujar Prof. Erlina.
Baca Juga: Mengenang Ir Budi Santoso, Keluarga Gelar Tahlilan
Saat ini, harapan baru muncul dengan uji klinis vaksin kandidat M72/AS01E yang sedang berlangsung di lima negara, termasuk Indonesia.
Vaksin ini telah menunjukkan efektivitas sekitar 50 persen dalam mencegah TB paru pada orang dewasa yang telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
Jika terbukti berhasil dalam uji klinis fase 3, vaksin ini dapat menyelamatkan hingga 8,5 juta nyawa dalam 25 tahun ke depan.
Namun, tantangan lain masih menanti, seperti ketersediaan vaksin dalam jumlah yang memadai, akses yang merata, biaya yang terjangkau, serta penerimaan masyarakat.